LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA DASAR II
(UJI BAYER UNTUK SENYAWA KARBON RANGKAP DUA
DAN TIGA)
Oleh:
AGUNG WIDODO
A1M012080
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Senyawa
hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya,
senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom
hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui senyawa
hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan lain-lain. Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam
ikatan karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang
mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau
lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan
hidrokarbon tidak jenuh. Salah satu cara untuk mengetahui sebuah larutan
mengandung senyawa hidrokarbon jenuh atau tidak jenuh dengan cara uji bayer.
Prinsip dari Uji Baeyer ini adalah untuk mendeteksi ikatan rangkap dua dan tiga
suatu senyawa hidrokarbon dengan uji Baeyer adalah berdasarkan hilangnya warna
ungu dari ion MNO4, karena bereaksi dengan alkena atau alkuna membentuk glikol
(diol) dan endapan coklat dari MnO.
1.2
Tujuan
Menunjukkan adanya ikatan rangkap pada
senyawa karbon
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hidrokarbon
adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari karbon dan hidrogen. Golongan
senyawa ini amat penting peranannya dalam abad teknolgi ini. Karena begitu
nayak produk yang dapat diturunkannya : tekstil, plastik, bahan anti beku,
obat-obatan, anestatika, cat, pupuk, bahan peledak dan sebagainya. (Abdulloh.
2007).
Hidrokarbon
dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon yang dikandungnya.
Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan
hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang mempunyai
ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden, 1997).
Hidrogen dan senyawa turunannya,
umumnya terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu:
1. Hidrogen alifatik terdiri atas
rantai karbon yang tidak mencakup bangun siklik. Golongan ini sering disebut
sebagai hidrokarbon rantai terbuka. Yang termasuk hidrokarbon alifatik adalah
alkana, alkena, dan alkuna.
2. Hidrokarbon alisiklik atau
hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang tersusun dalam satu lingkar
atau lebih.
3. Hidrokarbon aromatik merupakan
golongan khusus senyawa siklik yang biasanya digambarkan sebagai lingkar enam
dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilih–ganti. Kelompok ini
digolongkan terpisah dari hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika
dan kimianya yang khas.
-
Alkana
adalah hidrokarbon jenuh yang memiliki
jumlah atom hydrogen maksimum. Rumus umumnya CnH2n+2.
Sifat-sifatnya antara lain larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam
pelarut polar, dapat mengalami reaksi halogenasi, dll.
-
Alkena
adalah senyawa hidrokarbon yang
memiliki kekurangan 2 atom H dan mempunyai ikatan rangkap 2 pada atom C=C.
alkena memiliki rumus umum CnH2n dan merupakan
senyawa hidrokarbon tak jenuh. Hidrokarbon tak jenuh ini berisomer dengan
sikloalkana. Sifat-sifatnyua antara lain tidak larut dalam air tetapi larut
dalam pelarut organic, lebih reaktif dari alkana, dll. Dalam struktur molekulnya, alkena mengandung hidrogen lebih sedikit
hal ini yang menjadikan alkena sering disebut senyawa tak jenuh.
-
Alkuna
adalah senyawa hidrokarbon rangkap
tiga dengan rumus umum CnH2n-2. Alkuna berisomer dengan
alkena yang memiliki 2 ikatan rangkap 2 atau suatu senyawa yang memiliki 1
ikatan rangkap dua dan 1 siklik. Sifat-sifatnya antara lain mudah mengalami
reaksi adisi seperti alkena, dapat mengalami reaksi oksidasi, dll. (Adrian, 2011)
Alkena dan alkuna dapat dioksidasi menjadi aneka ragam produk, bergabung
pada reagensia yang digunakan. Reagensia yang paling sering untuk mengubah
alkena menjadi suatu 1-2 diol adalah larutan kalium permanganat atau yang
sering disebut dengan KMnO (dalam air). Reaksi larutan permanganat
dingin merupakan uji Baeyer untuk ketidakjenuhan dalam senyawa yang tidak
diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4) berwarna ungu. Ketika reaksi
berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan MnO coklat. Sewaktu reaksi berlangsung,
warna ungu dari ion permanganat digantikan oleh endapan cokelat dari mangan
dioksida.
Sehubungan
dengan adanya perubahan warna ini, maka reaksi ini dapat digunakan sebagai uji
kimia untuk membedakan alkena dan alkuna dari alkana yang pada umumnya tidak
bereaksi. Uji Baeyer untuk ikatan rangkap meskipun digunakan secara meluas,
mempunyai suatu kekurangan ; gugus apa saja yang mudah dioksidasi (aldehida,
alkena, alkuna) akan menunjukkan hasil positif.
Uji bayer merupakan suatu uji untuk
menunjukkan kereaktifan hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatic tehadap
oksidator KMnO4 yang merupakan katalis. Pada uji bayers ini
dilakukan dengan mencampurkan larutan KMnO4. Hasil yang positif adalah hilangknya warna ungu dari
larutan kalium permanganate. Contohnya, jika alkena dioksidasi menggunakan
pereaksi Baeyer maka akan menghasilkan glikol dengan menghilangkan warna dari
reagen Baeyer. Ini merupakan uji pada senyawa yang memiliki ikatan tangkap.
Reaksi oksidasi menggunakan pereaksi yang lebih kuat seperti asam dikromat atau
asam permanganate atau yang lainnya akan menghasilkan asam dan senyawa keton,
tergantung pada alkenanya (Annisa 2008).
Kalium
permanganat yang digunakan pada Uji Baeyer ini memang secara luas biasa
dipakai sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. KMnO4 ini merupakan suatu pereaksi yang mudah diperoleh,tidak mahal dan
tidak memerlukan suatu indikator kecuali kalau digunakan larutan-larutan yang
sangat encer. Kelebihan yang dimiliki dari kalium permanganat adalah pada titik
akhir suatu titrasi cukup untuk menyebabkan pengendapan beberapa MnO4 Akan tetapi karena reaksinya lambat, maka MnO4 biasanya tidak diendapkan pada akhir titrasi permanganat.
Uji Bayer
yang dilakukan pada minyak nabati seperti pada minyak kelapa, dan minyak sawit
dilakukan untuk mengetahui adanya suatu ikatan rangkap atau tidak agar
mengetahui bahwa minyak tersebut jenuh atau tidak. Molekul minyak nabati dan
lemak hewani mengandung rantai hidrokarbon yang panjang. Dalam minyak nabati
rantai ini tak-jenuh ganda (poly unsturated; memiliki beberapa
ikatan rangkap). Minyak nabati seperti pada contohnya minyak kelapa dan minyak
sawit dapat diubah menjadi zat yang lebih bersifat padat oleh hidrogenasi
parsial ikatan-ikatan rangkapnya. Umumnya zat yang polar dapat larut dalam
pelarut yang bersifat polar, namun tidak dapat larut dalam pelarut nonpolar.
Begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya momen dipol pada zat atau
pelarut sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya. Sedangkan
pada pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, sehingga tidak bisa
berinteraksi dengan zat yang polar, jadi tidak dapat larut.
Senyawa
berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang berbobot molekul
tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat yang tak larut dalam
air dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain alkana juga ada
alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua
karbon–karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah
maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap karbon (Pettruci, 1987).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3..1 Bahan
dan Alat
3.1.1 Bahan :
- Air
- Ethanol 95%
-
Minyak Kelapa -
Aseton
-
Minyak Sawit -
KMnO4
3.1.2 Alat :
- Tabung
reaksi
-
Pipet tetes
3.2
Prosedur
Kerja
|
|
|
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
No.
|
Bahan
|
Warna awal
ditambahkan KMnO4
|
Warna setelah 2 menit
|
Endapan
|
Gambar
|
1.
|
2 ml air +
minyak kelapa
|
Ungu
|
Ungu
|
Tidak
ada
|
Air+minyak sawit&minyak kelapa
stlh didiamkan slm 2 menit.
Etanol +minyak sawit(kiri)&minyak
kelapa(kanan) stlh didiamkan slm 2 menit.
Aseton+minyak sawit(kiri)&minyak
kelapa(kanan) stlh didiamkan slm 2 menit.
|
2.
|
2 ml air + minyak sawit
|
Ungu
|
Ungu
|
Tidak
ada
|
|
3.
|
2 ml 95%
etanol + minyak kelapa
|
Ungu
|
Ungu
kejinggaan
|
Ada,berupa
gel
|
|
4.
|
2 ml 95% etanol + minyak sawit
|
Ungu
|
Ungu kejinggaan
|
Ada,
berwarna coklat dengan serbuk hitam disekitarnya
|
|
5.
|
2 ml aseton +
minyak kelapa
|
Ungu
kecoklatan
|
Coklat
|
Ada,
berupa serbuk yang menyebar
|
|
6.
|
2 ml aseton + minyak sawit
|
Ungu
|
Ungu kemerahan
|
Ada,berwarna
coklat
|
4.2
Pembahasan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa karbon ikatan
tunggal atau ikatan rangkap digunakan metode
uji Baeyer. Bahan yang digunakan, yaitu, minyak sawit dan minyak kelapa.
Percobaan uji baeyer menggunakan tiga
sample yaitu air atau aquades, aseton, dan etanol 95%. Ketiga sample tersebut
dimasukan pada dua buah tabung reaksi dan ditetesi oleh minyak sawit dan minyak
kelapa kemudian ditambahkan KMnO4 hingga
masing masing bahan menjadi berwarna ungu. Setelah didiamkan selama kurang
lebih 2 menit, bahan menghasilkan warna yang berbeda-beda. Pada aquades yang
ditambahkan minyak sawit dan minyak kelapa tidak ada pergeseran warna maupun
endapan. Larutan tetap berwarna ungu seperti awal ditambahkannya KMnO4.
Pada etanol 95% yang ditambahkan minyak sawit dan minyak kelapa terdapat
pergeseran warna yaitu keduanya berubah menjadi ungu kejinggaan serta
terdapatnya endapan berupa gel dan serbuk coklat. Pada aseton yang ditambahkan
minyak kelapa pergeseran warna sangat terlihat jelas menjadi coklat pekat dan
terdapat endapan berupa serbuk coklat yang menyebar, sedangkan pada aseton yang
ditambahkan minyak sawit pergeseran warna hanya berubah menjadi ungu kemerahan
serta terdapat pula endapan coklat.
Dari
data pengamatan hasil uji baeyer, menunjukkan bahwa adanya suatu reaksi yang
bejalan dalam larutan. Hal ini terlihat
jelas dari perbedaan warna dari masing-masing bahan setelah didiamkan selama 2
menit dan terdapatnya endapan. Endapan ini menunjukkan
adanya suatu ikatan rangkap pada larutan. Selain itu apabila terdapat
pergeseran warna di dalam larutan yaitu dari ungu ke coklat menandakan adanya
reaksi. Pada uji coba yang menggunakan aquades pada sample minyak kelapa dan
minyak sawit tidak terjadi pergeseran warna. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
aquades tidak menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap. Pada percobaan yang
menggunakan aseton, percobaan dengan sample minyak kelapa maupun minyak
sawit menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap sebab terjadi pergeseran
warna menjadi warna coklat dan ungu kejinggaan dan terdapatnya endapan. Pada
percobaan menggunakan etanol 95% dengan sample minyak kelapa dan minyak
sawit menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap karena terjadi pergeseran warna
menjadi ungu kejinggaan.
Uji Baeyer merupakan suatu uji untuk menunujukkan
kereaktifan senyawa hidrokarbon terhadap oksidator KMnO4 yang
merupakan katalis. Uji Bayer dilakukan dengan mencampurkan larutan KMnO4 terhadap
suatu cairan sampel. Penambahan KMnO4 bertujuan
untuk mengetahui terjadinya reaksi oksidasi. KMnO4 merupakan zat pengoksidasi
yang kuat . Rekasi
oksidasi terjadi bila
warna ungu dari KMnO4 hilang
dari campuran tersebut. Hilangnya warna ungu ion
MnO4- disebabkan oleh adanya reaksi ion MnO4- dengan alkena atau alkuna membentuk glikol (diol)
dan endapan coklat dari MnO2- .
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
·
Uji Baeyer digunakan untuk melihat adanya ikatan rangkap yaitu
alkena (ikatan rangkap 2) dan alkuna (ikatan rangkap 3).
·
Minyak kelapa dan minyak sawit yang diberi pelarut etanol 95% mengandung
ikatan rangkap.
·
Larutan KMnO4 adalah pengoksidasi yang kuat.
5.2 Saran
Agar lebih
memahami tentang semua materi pratikum kimia dasar 2 akan lebih baik apabila
setiap mahasiswa melakukan semua percobaan dari setiap acara.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden,
Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik.
Jakarta: Bina Aksara.
Fessenden,
Ralp J dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Fessenden, Ralph J. 1986. Kimia Organik Jilid I Edisi Ketiga.Jakarta:
Erlangga.
G.B,
Abdulloh. 2007. “Mengidentifikasi senyawa hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh
dengan cara reaksi adisi dan oksidasi”. Jurnal Hidrokarbon. Diakses pada 06
Juni 2013.
Hart,
Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam.
Terjemahan Suminar. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1990. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi
Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Petrucci,
Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
Syabatini, Annisa. 2008. http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/hidrokarbon/ Diakses pada 09 Juni 2013.
Wilbraham, Antony. 1992. Pengantar Kimia Organik Dan Hayati. Bandung:
ITB.
0 komentar:
Post a Comment