Recent Posts

SELAMAT DATANG DI BLOG AGUNG WIDODO SI PUTRA AMBON

Monday, November 4, 2013

LAPORAN UJI BAYER UNTUK SENYAWA KARBON RANGKAP DUA DAN TIGA

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR II
(UJI BAYER UNTUK SENYAWA KARBON RANGKAP DUA DAN TIGA)







Oleh:
AGUNG WIDODO
A1M012080







KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dari namanya, senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui senyawa hidrokarbon, misalnya minyak tanah, bensin, gas alam, plastik dan lain-lain. Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh. Salah  satu cara untuk mengetahui sebuah larutan mengandung senyawa hidrokarbon jenuh atau tidak jenuh dengan cara uji bayer. Prinsip dari Uji Baeyer ini adalah untuk mendeteksi ikatan rangkap dua dan tiga suatu senyawa hidrokarbon dengan uji Baeyer adalah berdasarkan hilangnya warna ungu dari ion MNO4, karena bereaksi dengan alkena atau alkuna membentuk glikol (diol) dan endapan coklat dari MnO.

1.2 Tujuan
Menunjukkan adanya ikatan rangkap pada senyawa karbon









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari karbon dan hidrogen. Golongan senyawa ini amat penting peranannya dalam abad teknolgi ini. Karena begitu nayak produk yang dapat diturunkannya : tekstil, plastik, bahan anti beku, obat-obatan, anestatika, cat, pupuk, bahan peledak dan sebagainya. (Abdulloh. 2007).
Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden, 1997).
Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu:
1.      Hidrogen alifatik terdiri atas rantai karbon yang tidak mencakup bangun siklik. Golongan ini sering disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka. Yang termasuk hidrokarbon alifatik adalah alkana, alkena, dan alkuna.
2.      Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang tersusun dalam satu lingkar atau lebih.
3.      Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang biasanya digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilih–ganti. Kelompok ini digolongkan terpisah dari hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang khas.
-          Alkana
adalah hidrokarbon jenuh yang memiliki jumlah atom hydrogen maksimum. Rumus umumnya CnH2n+2. Sifat-sifatnya antara lain larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam pelarut polar, dapat mengalami reaksi halogenasi, dll.


-          Alkena
adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki kekurangan 2 atom H dan mempunyai ikatan rangkap 2 pada atom C=C. alkena memiliki rumus umum CnH2n dan merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh. Hidrokarbon tak jenuh ini berisomer dengan sikloalkana. Sifat-sifatnyua antara lain tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organic, lebih reaktif dari alkana, dll. Dalam struktur molekulnya, alkena mengandung hidrogen lebih sedikit hal ini yang menjadikan alkena sering disebut senyawa tak jenuh.
-          Alkuna
adalah senyawa hidrokarbon rangkap tiga dengan rumus umum CnH2n-2. Alkuna berisomer dengan alkena yang memiliki 2 ikatan rangkap 2 atau suatu senyawa yang memiliki 1 ikatan rangkap dua dan 1 siklik. Sifat-sifatnya antara lain mudah mengalami reaksi adisi seperti alkena, dapat mengalami reaksi oksidasi, dll. (Adrian, 2011)
             Alkena dan alkuna dapat dioksidasi menjadi aneka ragam produk, bergabung pada reagensia yang digunakan. Reagensia yang paling sering untuk mengubah alkena menjadi suatu 1-2 diol adalah larutan kalium permanganat atau yang sering disebut dengan KMnO (dalam air). Reaksi larutan permanganat dingin merupakan uji Baeyer untuk ketidakjenuhan dalam senyawa yang tidak diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4) berwarna ungu. Ketika reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan MnO coklat. Sewaktu reaksi berlangsung, warna ungu dari ion permanganat digantikan oleh endapan cokelat dari mangan dioksida.
Sehubungan dengan adanya perubahan warna ini, maka reaksi ini dapat digunakan sebagai uji kimia untuk membedakan alkena dan alkuna dari alkana yang pada umumnya tidak bereaksi. Uji Baeyer untuk ikatan rangkap meskipun digunakan secara meluas, mempunyai suatu kekurangan ; gugus apa saja yang mudah dioksidasi (aldehida, alkena, alkuna) akan menunjukkan hasil positif.

Uji bayer merupakan suatu uji untuk menunjukkan kereaktifan hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatic tehadap oksidator KMnO4 yang merupakan katalis. Pada uji bayers ini dilakukan dengan mencampurkan larutan KMnO4Hasil yang positif adalah hilangknya warna ungu dari larutan kalium permanganate. Contohnya, jika alkena dioksidasi menggunakan pereaksi Baeyer maka akan menghasilkan glikol dengan menghilangkan warna dari reagen Baeyer. Ini merupakan uji pada senyawa yang memiliki ikatan tangkap. Reaksi oksidasi menggunakan pereaksi yang lebih kuat seperti asam dikromat atau asam permanganate atau yang lainnya akan menghasilkan asam dan senyawa keton, tergantung pada alkenanya (Annisa 2008).
Kalium permanganat yang digunakan pada Uji Baeyer ini memang secara luas biasa  dipakai sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. KMnO4 ini merupakan suatu pereaksi yang mudah diperoleh,tidak mahal dan tidak memerlukan suatu indikator kecuali kalau digunakan larutan-larutan yang sangat encer. Kelebihan yang dimiliki dari kalium permanganat adalah pada titik akhir suatu titrasi cukup untuk menyebabkan pengendapan beberapa MnO4 Akan tetapi karena reaksinya lambat, maka MnO4 biasanya tidak diendapkan pada akhir titrasi permanganat.
Uji Bayer yang dilakukan pada minyak nabati seperti pada minyak kelapa, dan minyak sawit dilakukan untuk mengetahui adanya suatu ikatan rangkap atau tidak agar mengetahui bahwa minyak tersebut jenuh atau tidak. Molekul minyak nabati dan lemak hewani mengandung rantai hidrokarbon  yang panjang. Dalam minyak nabati rantai ini tak-jenuh ganda (poly unsturated; memiliki beberapa ikatan rangkap). Minyak nabati seperti pada contohnya minyak kelapa dan minyak sawit dapat diubah menjadi zat yang lebih bersifat padat oleh hidrogenasi parsial ikatan-ikatan rangkapnya. Umumnya zat yang polar dapat larut dalam pelarut yang bersifat polar, namun tidak dapat larut dalam pelarut nonpolar. Begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya momen dipol pada zat atau pelarut sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya. Sedangkan pada pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, sehingga tidak bisa berinteraksi dengan zat yang polar, jadi tidak dapat larut.
            Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang berbobot molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat yang tak larut dalam air dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain alkana juga ada alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua karbon–karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap karbon (Pettruci, 1987).





















BAB III
METODE PRAKTIKUM

3..1 Bahan dan Alat
                  3.1.1 Bahan :        -           Air                   -   Ethanol 95%
-          Minyak Kelapa      -   Aseton
-          Minyak Sawit        -   KMnO4

      3.1.2 Alat :            -    Tabung  reaksi
-          Pipet tetes

3.2  Prosedur Kerja
Tiga  buah tabung reaksi diambil, masing-masing diisi dengan 2 ml air, aseton dan 95% etanol
 
 


Dibiarkan selama 2 menit, dicatat apa yang terjadi
 
Pada masing-masing tabung ditambahkan 4-5 tetes larutan KMnO4 sambil dikocok
 
Dimasukan 2 tetes senyawa sampel berikut : a) minyak kelapa               b) minyak sawit
 
                                                                                                                 
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
No.
Bahan
Warna awal
ditambahkan KMnO4
Warna setelah 2 menit
Endapan
Gambar
1.
2 ml air + minyak kelapa
Ungu
Ungu
Tidak ada
Description: C:\Users\Annisa Fauzhiyyah\Documents\Bluetooth\Inbox\uji baeyer untuk senyawa karbon\air stlh didiamkan slm 2 mnt.jpg
Air+minyak sawit&minyak kelapa stlh didiamkan slm 2 menit.

Description: C:\Users\Annisa Fauzhiyyah\Documents\Bluetooth\Inbox\uji baeyer untuk senyawa karbon\etanol setelah didiamkan slm 2mnt.jpg
Etanol +minyak sawit(kiri)&minyak kelapa(kanan) stlh didiamkan slm 2 menit.


Description: C:\Users\Annisa Fauzhiyyah\Documents\Bluetooth\Inbox\uji baeyer untuk senyawa karbon\aseton stlh didiamkan slm 2mnt.jpg
Aseton+minyak sawit(kiri)&minyak kelapa(kanan) stlh didiamkan slm 2 menit.
2.
2 ml air + minyak sawit
Ungu
Ungu
Tidak ada
3.
2 ml 95% etanol + minyak kelapa
Ungu
Ungu kejinggaan
Ada,berupa gel
4.
2 ml 95% etanol + minyak sawit
Ungu
Ungu kejinggaan
Ada, berwarna coklat dengan serbuk hitam disekitarnya
5.
2 ml aseton + minyak kelapa
Ungu kecoklatan
Coklat
Ada, berupa serbuk yang menyebar
6.
2 ml aseton + minyak sawit
Ungu
Ungu kemerahan
Ada,berwarna coklat

4.2  Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa karbon ikatan tunggal atau ikatan rangkap digunakan metode uji Baeyer. Bahan yang digunakan, yaitu, minyak sawit dan minyak kelapa.
Percobaan uji baeyer menggunakan tiga sample yaitu air atau aquades, aseton, dan etanol 95%. Ketiga sample tersebut dimasukan pada dua buah tabung reaksi dan ditetesi oleh minyak sawit dan minyak kelapa kemudian ditambahkan KMnOhingga masing masing bahan menjadi berwarna ungu. Setelah didiamkan selama kurang lebih 2 menit, bahan menghasilkan warna yang berbeda-beda. Pada aquades yang ditambahkan minyak sawit dan minyak kelapa tidak ada pergeseran warna maupun endapan. Larutan tetap berwarna ungu seperti awal ditambahkannya KMnO4. Pada etanol 95% yang ditambahkan minyak sawit dan minyak kelapa terdapat pergeseran warna yaitu keduanya berubah menjadi ungu kejinggaan serta terdapatnya endapan berupa gel dan serbuk coklat. Pada aseton yang ditambahkan minyak kelapa pergeseran warna sangat terlihat jelas menjadi coklat pekat dan terdapat endapan berupa serbuk coklat yang menyebar, sedangkan pada aseton yang ditambahkan minyak sawit pergeseran warna hanya berubah menjadi ungu kemerahan serta terdapat pula endapan coklat.
Dari data pengamatan hasil uji baeyer, menunjukkan bahwa adanya suatu reaksi yang bejalan dalam larutan. Hal  ini terlihat jelas dari perbedaan warna dari masing-masing bahan setelah didiamkan selama 2 menit dan terdapatnya endapan. Endapan ini menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap pada larutan. Selain itu apabila terdapat pergeseran warna di dalam larutan yaitu dari ungu ke coklat menandakan adanya reaksi. Pada uji coba yang menggunakan aquades pada sample minyak kelapa dan minyak sawit tidak terjadi pergeseran warna. Hal ini menunjukkan bahwa dengan aquades tidak menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap. Pada percobaan yang menggunakan aseton, percobaan dengan sample minyak kelapa maupun minyak sawit menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap sebab terjadi pergeseran warna menjadi warna coklat dan ungu kejinggaan dan terdapatnya endapan. Pada percobaan menggunakan etanol 95% dengan sample minyak kelapa dan minyak sawit menunjukkan adanya suatu ikatan rangkap karena terjadi pergeseran warna menjadi ungu kejinggaan.
 Uji Baeyer merupakan suatu uji untuk menunujukkan kereaktifan senyawa hidrokarbon terhadap oksidator KMnO4 yang merupakan katalis. Uji Bayer dilakukan dengan mencampurkan larutan KMnO4 terhadap suatu cairan sampel. Penambahan KMnO4 bertujuan untuk mengetahui terjadinya reaksi oksidasi. KMnOmerupakan zat pengoksidasi yang kuat . Rekasi oksidasi terjadi bila warna ungu dari KMnO4 hilang dari campuran tersebut. Hilangnya warna ungu ion MnO4disebabkan oleh adanya reaksi  ion MnO4-  dengan alkena atau alkuna membentuk glikol (diol) dan endapan coklat dari MnO2- . 


















BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan 
·         Uji Baeyer  digunakan untuk melihat adanya ikatan rangkap yaitu alkena (ikatan rangkap 2) dan alkuna (ikatan rangkap 3).
·         Minyak kelapa dan minyak sawit yang diberi pelarut etanol 95% mengandung ikatan rangkap.
·          Larutan KMnOadalah pengoksidasi yang kuat.


5.2  Saran
Agar lebih memahami tentang semua materi pratikum kimia dasar 2 akan lebih baik apabila setiap mahasiswa melakukan semua percobaan dari setiap acara.















DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta: Bina Aksara.
Fessenden, Ralp J dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Fessenden, Ralph J. 1986. Kimia Organik Jilid I Edisi Ketiga.Jakarta: Erlangga.
G.B, Abdulloh. 2007. “Mengidentifikasi senyawa hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh dengan cara reaksi adisi dan oksidasi”. Jurnal Hidrokarbon. Diakses pada 06 Juni 2013.
Hart, Harold. 1983. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam. Terjemahan Suminar. Jakarta: Erlangga.
Hart, Harold. 1990.  Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Keenam.                Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Syabatini, Annisa. 2008. http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/16/hidrokarbon/  Diakses pada 09 Juni 2013.
Wilbraham, Antony. 1992. Pengantar Kimia Organik Dan Hayati. Bandung: ITB.



0 komentar:

Post a Comment