LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA DASAR II
(UJI TOLLEN UNTUK ALDEHID DAN KETON)
Oleh:
AGUNG
WIDODO
A1M012080
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa
karbon merupakan senyawa yang kelimpahannya banyak dan beragam di alam semesta.
Aldehida dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus
karbonil yang memiliki persamaan dan perbedaan baik dari segi sifat-sifat
kimia, fisika dan kegunaan.
Suatu
aldehid memiliki satu gugus alkil atau aril dan satuhidrogen yang terikat pada
karbon karbonil dengan rumus RCHO, sedangkan suatu keton mempunyai dua gugus
alkil atau aril yang terikat pada karbon karbonil dengan rumus umum RCOR.
Aldehid dan keton umumnya mengalami reaksi pada gugus karbonil, oleh karena itu
struktur dan sifat gugus karbonil diketahui terlebih dahulu. Gugus karbonil
terdiri dari sebuah atom karbon sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom O oleh satu
ikatan dan satu ikatan . Meski sama-sama
merupakan senyawa organik yang memiliki gugus C sp2 yang terhubung dengan O
namun dalam penggunaan kedua senyawa ini berbeda. Senyawa aldehid memiliki
gugus karbonil yang mudah teroksidasi sedangkan keton tidak. Namun karena secara
fisik kedua larutan ini memiliki sifat yang sama, maka dilakukanlah pengujian
untuk aldehid dan keton dengan menggunakan uji tollen.
1.2 Tujuan
Untuk
membedakan aldehid dan keton menggunakan uji tollen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Aldehid dan keton merupakan
kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil (C = O). Rumus umum
struktur aldehid dan keton seperti tertulis dibawah ini dengan R adalah alkyl
atau aril
O O
║ ║
R-C-H R-C-R
suatu
aldehid suatu
keton
(Fessenden dan Fessenden, 1990).
Banyak aldehid dan
keton mempunyai bau khas yang membedakannya. Umumnya aldehid berbau merangsang
dan keton berbau harum. Misalnya, transinamaldehida adalah komponen utama
minyak kayu manis dan enantiomer–enantiomer karbon yang menimbulkan bau jintan
dan tumbuhan permen (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Sifat fisis dari
aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon Sp2 yang
dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan
pi. Ikatan–ikatan sigma gugus karbonil terletak dalam suatu bidang dengan sudut
ikatan kira-kira 120oC di sekitar karbon Sp2. Ikatan pi
yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang ikatan-ikatan
sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan elektron-elektron dalam
ikatan sigma dan terutama elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke
oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonil mempunyai dua pasang
elektron menyendiri. Semua sifat-sifat struktural ini kedataran, ikatan pi,
polaritas dan adanya elektron menyendiri, mempengaruhi sifat dan kereaktifan
gugus karbonil (Fessenden dan Fessenden, 1990).
Aldehid dan keton
dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul, karena tidak ada gugus hidroksil
dan dengan demikian titik didihnya menjadi lebih rendah dari alkohol
padanannya. Tetapi aldehid dan keton tarik menarik melalui interaksi antara
polar-polar, sehingga titik didihnya menjadi lebih tinggi dibanding alkana
padanannya (Wilbraham, 1992).
Ciri polar gugus
karbonil memberikan petunjuk untuk mengerti sifat kimia senyawa karbonil. Atom
karbon gugus karbonil adalah ujung positif dipol dan atom oksigen adalah ujung
negatif. Nukleofil mengadisi pada atom karbon karbonil, dan elektrofil
mengadisi pada atom oksigen karbonil (Pine, 1988).
Formaldehida, suatu
gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40 % dalam air dinamakan
formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan. Formaldehida
juga digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Polimer dari formaldehida, yang
disebut para formaldehida, juga digunakan sebagai antiseptic dan insektisida
(Petrucci, 1999).
Aldehid dan keton
dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air yang polar. Anggota deret
yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan aseton yang bersifat larut
dalam air dalam segala perbandingan. Aldehida bersifat netral, suku-suku dengan
4 karbon tak larut dalam HO berbau tajam dan enak, tetapi yang mengandung 8-12
karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga dan di dalam industri
wangi-wangian (Riawan, 1989).
Aldehid dan keton
bersifat netral. Siku-siku yang rendah larut dalam air dan pelarut organik.
Siku yang lebih dari 4c akan tidak larut dalam air. Aldehid-aldehid yang rendah
seperti formaldehida dan asetaldehida berbau tidak sedap dan menyengat.
Sedangkan aldehid yang berantai panjang dalam larutan encer baunya seperti
bunga (Riawan, 1989).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan dan Alat
3.1.1
Bahan :
- NaOH - Glukosa
-
AgNO3 - Cinnamaldehid
-
NH4OH - Fruktosa
-
Asetaldehid - Aseton
3.1.2
Alat :
-
Pipet tetes
-
Tabung reaksi
3.2
Prosedur
Kerja
|
|||||||||
|
|||||||||
|
|||||||||
|
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
NO
|
PERLAKUAN
|
GAMBAR
|
KETERANGAN
|
1
|
5 tetes tollen
ditambahkan aseton
|
|
Terbentuk endapan
kaca perak
|
2
|
5 tetes tollen ditambahkan aseton lalu dipanaskan
|
|
Tidak terbentuk
endapan kaca perak dann cairan coklat agak terang.
|
3
|
3 tetes tollen ditambahkan formaldehid
|
|
Terbentuk endapan
kaca perak
|
4
|
3 tetes tollen ditambah formaldehid lalu dipanaskan
|
|
Terbentuk endapan
kaca perak abu dan cairan bening
|
5
|
5 tetes tollen ditambah fruktosa
|
|
Terbentuk kaca
perak
|
6
|
5 tetes tollen ditambbah fruktosa lalu dipanaskan
|
|
Terbentuk endapan
kaca perak dan cairan coklat agak terang
|
7
|
10 tetes tollen ditambah glukosa
|
|
Terbentuk endapan
kaca perak
|
8
|
10 tetes tollen ditambahkan glukosa lalu dipanaskan
|
|
Terbentuk endapan
kaca perak dan cairan coklat tua gelap
|
4.2 Pembahasan
Pada
percobaan kali ini dilakukan percobaan tentang Aldehid dan Keton. Aldehid dan
Keton adalah suatu senyawa yang tersusun dari unsur –unsur karbon, hidrogen,
dan oksigen. Keduanya dapat diperoleh dari oksidasi alkohol, aldehida dari
alkohol primer dan keton dari alkohol sekunder. Aldehid dapat dioksidasi
sedangkan keton tidak.
Uji tollen
dilakukan untuk membedakan antara aldehid dan keton. Karena aldehid dengan
pereaksi tollen akan teroksidasi membentuk endapan Ag yang akan melekat pada tabung
reaksii membentuk cermin perak. Cara kerjanya yaitu dengan cara mencampurkan
pereaksi tollen ke dalam sampel. Untuk itu, praktikan diharuskan untuk membuat
perlarut tollen terlebih dahulu. Namun pada praktikum kali ini, pereaksi tollen
sudah tersedia sehingga praktikan hanya membuat sampel.
Sampel yang digunakan kali ini adalah glukosa, fruktosa,
aseton, dan formaldehid.
Pada uji tollens setelah diamati didapat bahwa glukosa,
fruktosa, dan formaldehid dapat bereaksi
dengan tollens yang ditandai dengan terbentuknya kaca perak ditabung
reaksi. Hal ini juga menunjukan bahwa sampel-sampel tersebut tergolong aldehid.
Pada saat glukosa, fruktosa, dan
formaldehid direaksikan dengan pereaksi tollens dan dilakukan pemanasan, dihasilkan
cermin perak pada tabung reaksinya dan cairan berwarna coklat pada glukosa dan
fruktosa, serta cairan bening pada formaldehid. Hal ini dikarenakan ketiga
bahan tersebut bereaksi positif dengan tollens.
Sementara pada saat tollens
direaksikan dengan aseton. Tidak terjadi perubahan apa-apa. Artinya aseton
tidak dapat bereaksi dengan pereaksi tollens. Hal tersebut menunjukkan bahwa
aseton termasuk ke dalam keton. Memang, keton tidak dapat dioksidasi.Sedangkan
fungsi dari pemanasan itu sendiri adalah untuk mempercepat reaksi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
·
Perbedan antara senyawa aldehid dan
keton adalah aldehida dapat dioksidasi dan menghasilkan suatu asam karboksilat,
namun keton tidak dapat dioksidasi. Selain itu, aldehida akan bereaksi dengan pereaksi tollens, sedangkan
keton tidak dapat bereaksi.
·
Pada
percobaan uji tollens, glukosa, fruktosa, dan formaldehid terbentuk endapan
kaca perak pada tabung reaksinya. Hal
menunjukan bahwa glukosa, fruktosa, dan formaldehid tersebut tergolong
aldehid. Sementara pada aseton, tidak terjadi apa-apa, Artinya aseton tidak
dapat bereaksi dengan pereaksi tollens. Hal tersebut menunjukkan bahwa aseton
termasuk ke dalam keton
5.2 Saran
Diharapkan dalam
praktikum ini para praktikan menggunakan sarung tangan dan masker, karena NH4OH
yang digunakan berbau sangat menyengat dan berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R. J. dan Joan, S. Fessenden,
1990, Kimia Organik, Jilid 2, Erlangga,
Jakarta.
Fessenden, R. J. dan Joan, S. Fessenden,
1997, Dasar-Dasar Kimia Organik,
Erlangga, Jakarta.
Petrucci,R. H, 1999, Kimia Dasar
Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga, Jakarta.
Pine, Stanley. H, 1988, Kimia
Organik I, Penerbit ITB, Bandung.
Riawan, S, 1989, Kimia Organik,
Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Wilbraham, A. C. dan Michael S, Matta, 1992, Pengantar
Kimia Organik dan Hayati,
ITB, Bandung.
0 komentar:
Post a Comment