Recent Posts

SELAMAT DATANG DI BLOG AGUNG WIDODO SI PUTRA AMBON

Monday, November 4, 2013

LAPORAN UJI TOLLEN UNTUK ALDEHID DAN KETON

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR II
(UJI TOLLEN UNTUK ALDEHID DAN KETON)







Oleh:
AGUNG WIDODO
A1M012080







KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Senyawa karbon merupakan senyawa yang kelimpahannya banyak dan beragam di alam semesta. Aldehida dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil yang memiliki persamaan dan perbedaan baik dari segi sifat-sifat kimia, fisika dan kegunaan.
Suatu aldehid memiliki satu gugus alkil atau aril dan satuhidrogen yang terikat pada karbon karbonil dengan rumus RCHO, sedangkan suatu keton mempunyai dua gugus alkil atau aril yang terikat pada karbon karbonil dengan rumus umum RCOR. Aldehid dan keton umumnya mengalami reaksi pada gugus karbonil, oleh karena itu struktur dan sifat gugus karbonil diketahui terlebih dahulu. Gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom O oleh satu ikatan  dan satu ikatan . Meski sama-sama merupakan senyawa organik yang memiliki gugus C sp2 yang terhubung dengan O namun dalam penggunaan kedua senyawa ini berbeda. Senyawa aldehid memiliki gugus karbonil yang mudah teroksidasi sedangkan keton tidak. Namun karena secara fisik kedua larutan ini memiliki sifat yang sama, maka dilakukanlah pengujian untuk aldehid dan keton dengan menggunakan uji tollen.

1.2  Tujuan
Untuk membedakan aldehid dan keton menggunakan uji tollen








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Aldehid dan keton merupakan kelompok senyawa organik yang mengandung gugus karbonil (C = O). Rumus umum struktur aldehid dan keton seperti tertulis dibawah ini dengan R adalah alkyl atau aril
               O                                 O
               ║                                 ║
           R-C-H                         R-C-R
      suatu aldehid                suatu keton
(Fessenden dan Fessenden, 1990).
Banyak aldehid dan keton mempunyai bau khas yang membedakannya. Umumnya aldehid berbau merangsang dan keton berbau harum. Misalnya, transinamaldehida adalah komponen utama minyak kayu manis dan enantiomer–enantiomer karbon yang menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Sifat fisis dari aldehid dan keton, gugus karbonil terdiri dari sebuah atom karbon Sp2 yang dihubungkan ke sebuah atom oksigen oleh sebuah ikatan sigma dan sebuah ikatan pi. Ikatan–ikatan sigma gugus karbonil terletak dalam suatu bidang dengan sudut ikatan kira-kira 120oC di sekitar karbon Sp2. Ikatan pi yang menghubungkan C dan O terletak di atas dan di bawah bidang ikatan-ikatan sigma tersebut. Gugus karbonil bersifat polar, dengan elektron-elektron dalam ikatan sigma dan terutama elektron-elektron dalam ikatan pi, tertarik ke oksigen yang lebih elektronegatif. Oksigen gugus karbonil mempunyai dua pasang elektron menyendiri. Semua sifat-sifat struktural ini kedataran, ikatan pi, polaritas dan adanya elektron menyendiri, mempengaruhi sifat dan kereaktifan gugus karbonil (Fessenden dan Fessenden, 1990).
Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul, karena tidak ada gugus hidroksil dan dengan demikian titik didihnya menjadi lebih rendah dari alkohol padanannya. Tetapi aldehid dan keton tarik menarik melalui interaksi antara polar-polar, sehingga titik didihnya menjadi lebih tinggi dibanding alkana padanannya (Wilbraham, 1992).
Ciri polar gugus karbonil memberikan petunjuk untuk mengerti sifat kimia senyawa karbonil. Atom karbon gugus karbonil adalah ujung positif dipol dan atom oksigen adalah ujung negatif. Nukleofil mengadisi pada atom karbon karbonil, dan elektrofil mengadisi pada atom oksigen karbonil (Pine, 1988).
Formaldehida, suatu gas tak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan 40 % dalam air dinamakan formalin, yang digunakan dalam pengawetan cairan dan jaringan. Formaldehida juga digunakan dalam pembuatan resin sintetik. Polimer dari formaldehida, yang disebut para formaldehida, juga digunakan sebagai antiseptic dan insektisida (Petrucci, 1999).
Aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air yang polar. Anggota deret yang rendah, yaitu formaldehida, asetaldehida dan aseton yang bersifat larut dalam air dalam segala perbandingan. Aldehida bersifat netral, suku-suku dengan 4 karbon tak larut dalam HO berbau tajam dan enak, tetapi yang mengandung 8-12 karbon dalam larutan encer baunya seperti bunga dan di dalam industri wangi-wangian (Riawan, 1989).
Aldehid dan keton bersifat netral. Siku-siku yang rendah larut dalam air dan pelarut organik. Siku yang lebih dari 4c akan tidak larut dalam air. Aldehid-aldehid yang rendah seperti formaldehida dan asetaldehida berbau tidak sedap dan menyengat. Sedangkan aldehid yang berantai panjang dalam larutan encer baunya seperti bunga (Riawan, 1989).









BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1  Bahan dan Alat
3.1.1 Bahan :
  -     NaOH                                   -           Glukosa
-          AgNO3                                              -           Cinnamaldehid
-          NH4OH                                 -           Fruktosa
-          Asetaldehid                           -           Aseton
3.1.2         Alat  :
-          Pipet tetes
-          Tabung reaksi

3.2      Prosedur Kerja
20 tetes larutan NaOH ditambahkan ke dalam 20 tetes larutan 10% b/v AgNO3 kemudian NH4OH ditambahkan tetes demi tetes sampai endapan hilang
 
1 tetes sampel cair atau 1 spatula sampel padat dilarutkan dalam sedikit air atau etanol 95%. Sampel yang digunakan: asetaldehid, cinnamaldehid, aseton, glukosa, fruktosa
 
Sampel ditambahkan setetes demi tetes kedalam pereaksi tollen sambil dikocok, diamati terbentuknya endapan Ag
 
Tabung reaksi dipanaskan dalam air yang mendidih,lalu diamati
 
 


















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Pengamatan

NO
PERLAKUAN
GAMBAR
KETERANGAN
1
5 tetes tollen ditambahkan aseton
Description: tollen-aseton.jpg
Terbentuk endapan kaca perak
2
5 tetes tollen ditambahkan aseton lalu dipanaskan
Description: tollen-aseton-dipanaskan.jpg
Tidak terbentuk endapan kaca perak dann cairan coklat agak terang.
3

3 tetes tollen ditambahkan formaldehid
Description: tollen-formaldehid.jpg
Terbentuk endapan kaca perak
4
3 tetes tollen ditambah formaldehid lalu dipanaskan
Description: tollen-fruktosa.jpgDescription: C:\Users\User\AppData\Local\Temp\Rar$DI31.554\IMG_20130529_180804.jpg
Terbentuk endapan kaca perak abu dan cairan bening
5
5 tetes tollen ditambah fruktosa

Terbentuk kaca perak
6
5 tetes tollen ditambbah fruktosa lalu dipanaskan
Description: tollen-glukosa.jpgDescription: C:\Users\User\AppData\Local\Temp\Rar$DI01.452\IMG_20130529_180527.jpg
Terbentuk endapan kaca perak dan cairan coklat agak terang
7
10 tetes tollen ditambah glukosa

Terbentuk endapan kaca perak
8
10 tetes tollen ditambahkan glukosa lalu dipanaskan
Description: C:\Users\User\AppData\Local\Temp\Rar$DI04.271\IMG_20130529_180506.jpg
Terbentuk endapan kaca perak dan cairan coklat tua gelap


4.2  Pembahasan
            Pada  percobaan kali ini dilakukan percobaan tentang Aldehid dan Keton. Aldehid dan Keton adalah suatu senyawa yang tersusun dari unsur –unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Keduanya dapat diperoleh dari oksidasi alkohol, aldehida dari alkohol primer dan keton dari alkohol sekunder. Aldehid dapat dioksidasi sedangkan keton tidak.
            Uji tollen dilakukan untuk membedakan antara aldehid dan keton. Karena aldehid dengan pereaksi tollen akan teroksidasi membentuk endapan Ag yang akan melekat pada tabung reaksii membentuk cermin perak. Cara kerjanya yaitu dengan cara mencampurkan pereaksi tollen ke dalam sampel. Untuk itu, praktikan diharuskan untuk membuat perlarut tollen terlebih dahulu. Namun pada praktikum kali ini, pereaksi tollen sudah tersedia sehingga praktikan hanya membuat sampel.
Sampel yang digunakan kali ini adalah glukosa, fruktosa, aseton, dan formaldehid.
            Pada uji tollens setelah diamati didapat bahwa glukosa, fruktosa, dan formaldehid  dapat bereaksi dengan tollens  yang ditandai dengan terbentuknya kaca perak ditabung reaksi. Hal ini juga menunjukan bahwa sampel-sampel tersebut tergolong aldehid.
Pada saat glukosa, fruktosa, dan formaldehid direaksikan dengan pereaksi tollens dan dilakukan pemanasan, dihasilkan cermin perak pada tabung reaksinya dan cairan berwarna coklat pada glukosa dan fruktosa, serta cairan bening pada formaldehid. Hal ini dikarenakan ketiga bahan tersebut bereaksi positif dengan tollens.
Sementara pada saat tollens direaksikan dengan aseton. Tidak terjadi perubahan apa-apa. Artinya aseton tidak dapat bereaksi dengan pereaksi tollens. Hal tersebut menunjukkan bahwa aseton termasuk ke dalam keton. Memang, keton tidak dapat dioksidasi.Sedangkan fungsi dari pemanasan itu sendiri adalah untuk mempercepat reaksi.




BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
·         Perbedan antara senyawa aldehid dan keton adalah aldehida dapat dioksidasi dan menghasilkan suatu asam karboksilat, namun keton tidak dapat dioksidasi. Selain itu, aldehida akan bereaksi dengan pereaksi tollens, sedangkan keton tidak dapat bereaksi.
·         Pada percobaan uji tollens, glukosa, fruktosa, dan formaldehid terbentuk endapan kaca perak pada tabung reaksinya. Hal  menunjukan bahwa glukosa, fruktosa, dan formaldehid tersebut tergolong aldehid. Sementara pada aseton, tidak terjadi apa-apa, Artinya aseton tidak dapat bereaksi dengan pereaksi tollens. Hal tersebut menunjukkan bahwa aseton termasuk ke dalam keton

5.2 Saran
Diharapkan dalam praktikum ini para praktikan menggunakan sarung tangan dan masker, karena NH4OH yang digunakan berbau sangat menyengat dan berbahaya.












DAFTAR PUSTAKA


Fessenden, R. J. dan Joan, S. Fessenden, 1990, Kimia Organik, Jilid 2,                               Erlangga, Jakarta.
Fessenden, R. J. dan Joan, S. Fessenden, 1997, Dasar-Dasar Kimia                                    Organik, Erlangga, Jakarta.
Petrucci,R. H, 1999, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga,                         Jakarta.
Pine, Stanley. H, 1988, Kimia Organik I, Penerbit ITB, Bandung.
Riawan, S, 1989, Kimia Organik, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Wilbraham, A. C. dan Michael S, Matta, 1992, Pengantar Kimia Organik                           dan Hayati, ITB, Bandung.


0 komentar:

Post a Comment